Tuesday, February 5, 2013

Ternak Sapi

Populasi ternak sapi di Indonesia cukup besar, namun populasi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia akan daging sapi. Besarnya jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa mengakibatkan ketersediaan daging sapi terasa kurang sepanjang tahun, padahal perilaku konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging sap ibis dikategorikan rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara maju seperti Amerika serikat. Untuk itu masyarakat sebagai pelaku bisnis perlu memikirkan tentang peluang usha beternak sapi yang terbuka sangat lebar di Indonesia.

Metode beternak sapi yang baik adalah peternakan yang menerapkan metode dan manajemen ternak sesuai dengan ajuran pemerintah. Dalam dunia peternakan dikenal sebuah slogan panca usaha ternak dan dilengkapi dengan sapta usaha ternak. Bila semua butir-butir yang tercantum didalamnya dilaksanakan secara intensif tentu hasil yang didapatkan oleh peternak sapi akan lebih maksimal. Adapun diantara butir-butir sapta usaha ternak tersebut:
- pemilihan bibit yang baik (unggul)
- manajemen usaha ternak yang modern
- penanganan penyakit
- penjualan (penanganan pasca panen)

Untuk ternak sapi bibit unggul sudah seharusnya menjadi perhatian utama bagi peternak. Bibit unggul bukan berarti harus mengusahakna bibit sapi luar negeri seperti Simmental ataupun limousine, Ongole atau Brahman dan juga beberpa varian sapi lokal seperti madura dan sapi bali dapat diusahakan kualitas bibit ungulnya. Sebab saat ini dengan metode inseminasi buatan (artificial insemination) peternak sudah dapat memilih pejantan unggul yang akan mereka pelihara keturunannya.

Berikut ini beberapa jenis sapi unggul yang sudah ada dan dikembang biakkan di Indonesia:
- Simmental
- Limosine
- Charolise
- Angus
- Brangus
- Ongole
- Brahman
- Bali
- Madura

Semua yang disebutkan diatas adalah jenis sapi tipe pedaging. Dan dibawah ini beberpa jenis sapi perah:
- FH (fries Holland)/ Holstein
- Ayshire
- Brown Swiss
- Guernsey
- Jersey
- Sahiwal
- Red sindhi
- Gir

Di Indonesia jenis sapi perah yang umum dan banyak dipelihara adalah Holstein atau Fries Holland serta jenis jersey. Pada dasarnya sapi perah lebih cocok dipelihara di daerah pegunungan yang bersuhu dingin. Namun berkat teknologi sekarang ini sudah memungkinkan untuk memelihara sapi perah di daerah manapun.

Perbedaan antara sapi perah dengan sapi pedaging dapat dilihat dari postur sapi tersebut, sapi perah umumnya badannya berbentuk segitiga dan sapi pedaging yang baik badannya berbentuk persegi panjang. Ransum untuk sapi perah dan sapi pedaging umumya tidak berbeda secara nyata, hanya saja untuk sapi perah biasanya pemberian konsentratnya lebih banyak bila dibandingkan dengan pemberian konsentrat pada sapi pedanging.

Manajemen pemeliharaan pada sapi potong dan sapi perah umumnya tidak jauh berbeda, perbedaan hanya terdapat pada pengelolaan produksi, dimana sapi perah produksi secara terus menerus selama sapi perah tersebut masih produktif menghasilkan susu sedangkan produksi sapi pedaging dapat diperoleh secara sekaligus pada saat penjualan hewan ternak tersebut.

Struktur kandang yang baik untuk sapi perah dan sapi pedaging bila dikelola secara tradisional maka tidak akan kita lihat perbedaan dari bentuk kandang tersebut, namun pada manajemen ternak modern jelas terlihat perbedaan dari kandang tersebut. Di Indonesia kebanyakan masyarakat memelihara ternak secara tradisional, hal ini mungkin karena masih kurangnya informasi inovasi yang mereka terima, adapun manajemen ternak modern hanyalah diterapkan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki cukup modal serta memahami arti efisiensi dalam usaha peternakan ini.

Perbedaan sapi potong dengan sapi perah.

Pada kajian sebelumnya kita sudah membahas tentang jenis-jenis sapi serta sekilas tentang manajemen ternak sapi prah dan pedaging. Bahasan kali ini akan memperjelas perbedaan antara sapi perah dan sapi potong, baik secara jenis dan bentuk tubuh juga dari segi manajemen dan ekonomis penjualan dari produksi sapi tersebut.

No comments:

Post a Comment